Pages

Jumat, 22 Maret 2013

Ada pelepah yg layak dijadikan falsafah, bahwa hidup di pohon yg lemah justru menjadikannya tidak mudah patah -rdy-

Published with Blogger-droid v2.0.9

Rabu, 16 Januari 2013

Surat Cinta


Dear Novan,

*sumber gambar: http://afidakhairi.blogspot.com

Selamat malam,
semoga cahaya bulan dini hari ini sesempurna senyummu. Ya, Selalu ku-umpama-kan dirimu sebagai bulan dan aku bintangnya. Kenapa? Karena berkat mereka, langit tak pernah sepi. Oia, aku mungkin menuntutmu menyisihkan secuil waktu untuk membaca ini. Tak apa kan? Aku tahu kamu selalu mau untuk itu.
Sedikit prolog yah,
Aku memejam, memastikan tiga.
satu, dekap(mu) bagi jiwa(ku)
dua, jemari(mu) bagi genggam(ku)
tiga, senyum(mu) bagi bahagia(ku)”
*ini sempat aku tulis di berandaku, kala aku [sangat] merinduimu

Hey bulan, seperti apa hari-harimu disana? Semoga tak jauh beda denganku ya. Lama tak bersua denganmu membuatku sangat menderita. Ahh, pernah aku ditanyai seorang teman seperti ini, “ Masih belum benci dengan jarak, Ri?” Jawaban seperti apa yang sebaiknya kuberikan, jika kamu jadi aku?
Pelan-pelan, aku memang merasa didera oleh jarak. Sepi? Ya, boleh jadi. Kadang aku (m)iri(s) melihat sepasang kekasih berjalan di depanku. Sedang aku? Sendiri menikmati riuh taman kota yang dulunya kerap kita kunjungi bersama, atau menyantap bakso, makanan favoritku itu (sendiri). Boleh kan aku merasa ingin ditemani? (kamu).
Bulan, kadang aku merasa butuh sandaran ketika kekesalan memelukku sedemikian kejam. Aku butuh dekapan yang menjanjikan aku ketenangan kala aku hilang kesabaran. Aku butuh candaan ketika aku menjumpai kelelahan. Telpon barangkali melupakan indahnya kehadiran dirimu, bulan.
Bulan, sadar atau tidak, Seringkali kita mengkambinghitamkan jarak. Aku terkadang kasian kalau harus melulu menyalahkannya. Tapi ya bagaimana, aku sungguh membencinya. Bahkan mungkin mengutuknya. Kalau perlu, tak perlulah dia ada.
Kedekatan hanya bisa terbangun oleh kebersamaan, seperti aku sering dengar pepatah jawa “witing tresno jalaran seko kulino”. Pepatah itu kadang patut dibenarkan. Tapi aku tidak mau subyektif mendebat jarak. Paling tidak, kali ini kamu tahu bahwa aku sangat membencinya.  
Bingung ya apa isi suratku ini. Ya sudah, apapun itu, yang pasti aku merinduimu seperti langit yang sepi tanpa kamu.

Kiss-Hug,
Ryan

Rabu, 26 Desember 2012

Ayahku seorang yang hebat !

*sumber gambar: http://fortive.blogspot.com


Siapa bilang ayahku merana? tidak, ia sama sekali tidak merana. Ia merasa menjadi orang yang paling berbahagia karena ia memilikiku. Aku yakin itu. Dan aku menjadi anak yang paling bangga memiliki ayah seperti ia.

Siapa bilang ayahku lara? tidak, sama sekali. Ia merasa menjadi ayah yang paling sempurna karena bisa melihatku tumbuh bertambah umur. Aku selalu yakin bahwa ia menyayangiku lebih dari nyawanya sendiri.

Siapa bilang ayahku lelah? tidak, ia tak pernah lelah. Pernah aku ingat betapa aku bagai bidadari yang diantarnya kemana-mana. Kemanapun. Dulu, aku tidak punya kendaraan, yang di kota bahkan sudah seperti kaki itu. Ayah rela jam istirahatnya hilang demi aku, ayah rela tidak makan siang demi menjemputku. Ayah rela bergaji pas-pasan, asal ia selalu mendapatkan ijin ketika ia harus menjemput atau mengantarku. Menurutnya, itu bahkan lebih dari upah yang big bos bayarkan setiap bulan padanya.

Siapa bilang ayahku lemah? tidak, ia selalu kuat untukku. Bahkan untuk mengantar-jemputku ia butuh stamina prima. Karena jarak antara kantor dan kampusku yang lumayan jauhnya. Bukan hanya kuat fisik saja, ia selalu menguatkanku bahkan ketika aku merasa betapa hidup ini sedemikian tidak bersahabat dengannya.

Ketika aku terluka, sudah pasti ia-lah yang berada di garda terdepan & ikut merasakan perihku. Ia yang pertama kali bersedih ketika aku menangis, aku tau itu. Dan ia yang pertama kali merangkulku, ketika aku merasa sepi-sendiri.

Ahh, ayah, aku pasti akan selalu merindukan masa-masa itu. Masa ketika aku masih merindui bau ketiakmu sebelum tidur, Masa ketika aku merasa menjadi bidadarimu yang kau agung-agungkan, Masa ketika kau masih menciumku sebelum aku terlelap-terjaga dalam mimpi, Masa ketika---aku belajar banyak hal darimu.

Ayah, aku kini sudah dewasa. Terima kasih telah mengajarkanku banyak hal tentang warna-warni hidup yang seperti pelangi, Terima kasih telah mengajarkanku menjadi pribadi yang tegar dan kuat. Terima kasih telah mengajarkanku akan banyak hal...

Terima kasih telah menjadi ayah yang hebat untuk anak-anakmu,
Aku akan tetap menjadi bidadarimu, selalu.
Aku bangga, aku punya ayah hebat sepertimu.

*mengenangmu-aku bahkan lupa waktu*


DPS-JN, 26122012-7.13pm
Iloveyou
*didedikasikan untuk Bp. Rusyanto, ayahku

Sabtu, 22 Desember 2012

Dibalik Segudang Teori; Episode Skripsi



Skripsi?
Pernah dengar satu kata ini?
Skripsi, Kata yang amat keramat untuk mahasiswa/i tingkat akhir seperti saya hari ini. Dan sepanjang yang saya rasakan, paling susah adalah bagaimana mengawali. Setelah itu, semua aman terkendali. Kebanyakan orang mengatakan, “sedang menyusun skripsi”. Tahukah anda? Bahwa bahasa menyusun itu terkesan sangatlah mudah, semudah mengucapkannya. Padahal, jujur saja, saya setengah mati mengerjakannya. Mulai dari pengumpulan data, penguasaan materi dan teori, hingga slide presentasi harus disiapkan matang-matang. Pemilihan teori, ini nih yang seringkali membuat penggarap skripsi angkat ‘kaki’. Teori, ini yang berkali-kali dipertanyakan oleh sang penguji. Salah teori? Jangan sampai. Eiitss, ini baru sampai pada tahap ujian proposal, bab I. Bab II? Bab III? Menunggumu kemudian..
Untuk ada yang bingung bagaimana proses akademik ketika skripsi, (Fakultas Sastra-Universitas Udayana khususnya) silahkan lanjut baca artikel ini;
  1. Penyusunan Bab I,
  2. Setelah selesai, proposal diseminarkan di hadapan beberapa dosen dan kawan-kawan untuk menampung segala masukan & perbaikan,
  3. Setelah proses kedua selesai, silakan ajukan proposal tersebut ke Jurusan atau Prodi,
  4. SK calon pembimbing diterbitkan kemudian setelah sebelumnya mendapat persetujuan ketua Jurusan/ Prodi,
  5. Pembimbing yang direkomendasikan akan memberi revisi pertama dan seterusnya hingga proposal anda mendekati sempurna,
  6. Tahap selanjutnya adalah Ujian Proposal atau seringkali disebut Ujian Komprehensif,
  7. Setelah itu, kembali anda akan menerima revisi bersama keputusan proposal ‘Penjudulan’ skripsi anda layak diterima atau tidak. Jurusan saya memberi deadline 2bulan setelah ujian, skripsi (Bab II) harus sudah terkumpul,
  8. Bab II-IV mulai dikerjakan, dengan menggunakan referensi beragam, mulai dari buku dengan ketebalan ratusan halaman, artikel-artikel internet yang selalu menjadi teman santap makan siang atau malam, dan macam-macam,
  9. Revisi-Lagi-Lagi-dan-Lagi, sampai tercapai hasil akhir yang memuaskan,
  10. Urus surat-surat bebas tanggungan agar tidak ada yang dirugikan,
  11. Kemudian => Ujian Skripsi; Final.

Malas, sepertinya masih menjadi peringkat pertama seputar kendala penyusunan skripsi. Mau tau tips-nya agar kata “malas” itu tidak membuat anda menjadi mahasiswa abadi? Jangan pergi dari blog ini ^^
  1. Kuatkan niat & kemauan,
  2. Perbanyak dukungan,
  3. Buat deadline,
  4. Mulai dari kerjakan hal-hal mudah yang membuat anda tertarik, sehingga mengerjakan skripsi bukan dianggap beban,
  5. Tak perlu tergesa-gesa, tetapi utamakan kontinuitas dalam pengerjaan,
  6. Selamat mengerjakan, good job kawan !

“Semuanya akan terasa mudah, jika anda tau bagaimana menyenangkan hati“
[-RDY-]



Dps-JN-9.35PM, 22122012
*Gambar diambil dari maskoko.com

Kamis, 13 Desember 2012

Untittled




Juni, enam bulan lalu
Kau datang. Hanya untuk berteman, pikirku. Ya, aku masih dengan acuh tidak menghiraukanmu. Aku, penjaga warnet yang seringkali kau singgahi hanya untuk sekedar print-out laporanmu yang teramat banyak nian. Kamu tau, sejak pertemanan kita terjalin di jejaring sosial yang disebut orang facebook itu--diam-diam ada kupu-kupu beterbangan di perutku. Menggelitikku, mengajakku tuk mengenalmu & dirimu.

Juli, Kupu-kupu
            Kupu-kupu dalam perutku, ternyata mampu menarikku menyapa(mu). Hai, Hello, entah apa yang aku ucapkan padamu pertama kali waktu itu. Yang jelas, kita terlibat percakapan bebas. Mulai itu, selalu ada jendela chat terbuka untukmu, aku menantimu.

Agustus, kamu
            Aku merasakan ada getar-getar dalam tiap helaan nafasmu, bahkan aku sudah mulai tak peduli bagaimana suaramu. Entah serak-serak basah atau merdu. Yang pasti aku tau, aku merindukan suaramu setiap hari-detik-waktu.
            Baru-baru aku tau, ada rasa yang tak biasa menyinggahi hati bahkan menduduki otakku. Kata banyak orang sih, namanya cinta. Aku mulai jatuh pada dia. Bukan jatuh yang berimplikasi sakit tentunya. Tapi jatuh yang menyenangkan, jatuh hati. Oia, aku lupa, banyak rangkaian kata-kata yang tak luput membuatku jatuh hati padanya. Entah dengan maksud merayu atau apa, intinya aku suka. Agustus rupanya membuatku benar-benar jatuh hati padanya.


September, Hati
            Kamu mulai membuka hati. Untukku. Meski aku belum tau pasti, apa yang kamu rasa sesungguhnya. Pun begitu, aku senang. Jika kata bahagia dirasa tak berlebihan, mungkin aku akan katakan aku bahagia. Pengibaratan saja, sepertinya, radarku telah berhenti padanya.

Oktober, Awal (kita)
            Aku tak tahu harus sedih atau bahagia. Ingatkah kamu, di bulan ini keluarga kita saling bertemu rupa. Menetapkan tanggal pertunangan sekaligus lamaran kita. Ahh, belum pernah aku sebahagia ini sebelumnya.

November, Aku-Kamu-Cinta
            Ini dia, bulan yang tak henti-hentinya membuatku berucap syukur, berseri-seri rona pipi, hingga bulir bening menghujani pipi. Karena bahagia, iya. Bulan November yang menakjubkan bagiku dan mungkin bagi kita. November yang selalu kita elu-elukan. Ini bingkisan Tuhan yang telah dipersiapkan-Nya untukmu sayang. *Sungguh, semakin aku cinta. Aku, kamu, cinta, terserah padamu urutannya.

Desember, Takjub
            Mungkin benar kata orang, niat baik selalu diiringi cobaan. Ya, Rintangan demi rintangan mulai berdatangan. Aku sempat kehabisan akal menghadapinya. Tapi aku percaya, Tuhan masih selalu ada untukku kan?. Dan yang pasti, aku tau, kamu-lah yang dipilihkan Tuhan untukku. Aku tidak akan kemana-mana, aku tetap pada porosnya. Porosku, ya kamu itu..

DPS-JN-13112012-10.55PM
(Kronologi-
Cinta-
Dia)

Kamis, 06 Desember 2012

Sajak = Kamu


Saya tidak tau mengapa saya suka membaca sajak sejenak setelah saya merasa kesepian atau kebingungan.
Dalam sajak, saya banyak temukan hal yang tidak saya temukan dalam realita.
Sajak dapat mewakili perasaan baik yang menyenangkan, menyedihkan, maupun yang menyakitkan sekalipun. Namun sajak tetap dengan keindahannya menyimpulkan. Ia selalu tau cara membahagiakan seseorang. Sajak selalu mampu mewakili apa yang tak mampu mulut katakan.
Sajak itu mendewasakan, hadirnya memberi kesempatan untuk manusia berpikir makna tentang setiap jengkal penggal katanya.
Begitu indahnya sebuah sajak bukan?
Saya jatuh hati padanya (sajak itu), juga pada kamu, yang tak pernah berhenti memunculkan sajak baru dalam otakku.


“Saat mulut ini tak mampu katakan,
tak cukup meyakinkan dirimu bahkan,
biarlah sajak yang bisikkan; bahwa aku cinta kamu.”



DPS-JN, Malam Jumat-08.40PM,061212

Hari ke-10, Bulan ke-11, Tahun 2012


Hari itu, hari yang mampu membuat jantungku berdegup kencang. Bahkan (si)apapun tak mampu meredamnya.
Mungkin kali itu aku hanya berpikir, pelukmulah yang menjadi penenangnya.
“Bagaimana bisa, di hari yang biasa dinanti-nanti para wanita ini aku justru melelehkan air mata?”, pasti pertanyaan ini yang terngiang dalam otakmu sewaktu lalu.
Kamu tau.. ini bukan air mata sembarangan.
Ini air mata bahagia, saking bahagianya sampai-sampai harus air mata yang mewakilinya. Bahagia sungguh, karena kini ada sesuatu yang kau lingkarkan di jari manis kiriku.
Karena sebuah janji tengah diikrarkan, dihadap banyak orang.

10-11-12 adalah hari berurutan yang sungguh menakjubkan (bagi kami).
Sistematikanya begini,
10-11-12; ikrar dan harap kami rangkai dalam sebuah peristiwa,
11-11-12; hari pertama kami merasa satu jiwa, kedekatan yang luar biasa,
12-11-12; ini harinya, hari dimana ia bahagia telah sekian tahun menapaki perjalanan di bumi-Nya –ulangtahun tepatnya-

Kamu, lelaki yang mampu mengambil habis hatiku tanpa tersisa.
Aku, wanita yang selalu mendamba pelangi, kini menemukan pelangi(nya) di kamu.
Aku dan kamu kini satu, berharap masih ada pelangi baru yang Tuhan ciptakan kemudian. -Pertengahan tahun depan-

DPS-JN, 061212
Hutang tulisan-
lunas terbayarkan.