Pages

Rabu, 30 November 2011

Lukisan Ilahi : Melali ke Karangasem, Bali


Hemmm..
Pernah gak anda merasa penat dengan segala rutinitas anda ? dan apa yang anda bayangkan saat itu ?
Sepertinya apa yang anda pikirkan tidak jauh beda dengan saya. Alhasil, alternatif yang pertama didapat adalah jalan-jalan. Hehe.
Nahh, ini ni yang saya dapat dengan alih-alih melepas penat. Hahay, pemandangan indah dari Karangasem, Bali. Yuhuuuu…



Cantik yaa..
ini bukan tipuan kamera lho.
ini Lukisan Ilahi,
nyata, dan memanjakan mata. Pemukuran nama tempatnya.
Tempat ini bisa ditempuh sekitar 1,5 jam dari Denpasar dengan menggunakan mobil. 
kalau dengan motor si mungkin bisa hanya 1jam saja, tapi bakalan capek kali yaa. soalnya jalannya ekstrem banget. berkelok-kelok, plus naikturun naikturun #lebay 
Tau gak, dari sini ni pulau Lombok timur bisa terlihat lho..
Haa, rasanya kayak mau loncat ajaa kesana. Hehe

narsis dikit ahh... hehe.


Oia, gag Cuma disini ajja lho. Masih banyak lagi bagian dari Karangasem yang indah-indah.
To Be Continued… J

Selasa, 22 November 2011

HANYA IBU


Hanya Ibu,
yang mampu teduhkan jiwaku.
Hanya Ibu,
yang mengusap keningku ketika aku bersimbah peluh.
Hanya Ibu,
yang buat aku tersenyum ketika aku terjatuh.
Hanya Ibu,
satu-satunya Ibu,
Ibu milikku.
Dalam keadaan apapun,
hanya Ibu,
bukan ayahku.
ayahku bukan mati tapi lari.

siAPa-curhatpadaIbu-kecewanyapadaayahnya
Dps, 23112011 : 09.58

Sabtu, 19 November 2011

Ketika Kesejatian Cinta Harus Diuji




Cinta itu memang lucu. Kadang sedih kadang senang. Kadang mujur kadang malang. Kadang riang kadang garang, kadang susah kadang indah.

Seseorang itu kembali hadir dalam kehidupanku setelah kian lama menghilang. Anehnya, dia datang ketika aku sudah dipinang lelakiku, Ata. Dia datang membangkitkan kembali kenangan antara aku dan dirinya yang sudah kuhapus total. “Kenapa kamu datang lagi?”, tanyaku pada seseorang itu. “Keegoisan cinta membawaku datang kembali padamu. Meskipun aku tau, kamu sudah dipinang oleh seseorang yang tentunya kamu cinta. Aku seakan dihantui dua pilihan ketika itu, dan aku tau jawabannya hanya kamu”, jawabnya. “Aku bukan lagi milikmu, ingat itu. Kesempatan yang pernah aku berikan dulu, telah kamu sia-siakan dan sekarang kamu datang lagi untuk mengemis-emis kesempatan?”, jawabku tersedu-sedu, karna jujur dalam hati ini masih terbesit angan tuk memilikinya. Sayang seribu sayang, hati ini sudah terlampau garang tuk kembali didekati. Hati ini sudah terlalu sensitif dengan yang namanya cinta-cintaan.
Aku masih teringat jelas bagaimana cintamu menyia-nyiakanku, meluluhlantakkan cintaku yang masih lajang tiga masa silam. Bagaimana seorang wanita membuaimu ke pelukannya. Aku masih ingat itu. Dan aku tidak mau hal yang sama kembali menimpaku. Sungguh. “Apa kau masih meragukanku?”, tanya seseorang itu. Aku………diam terpaku.

“sayang, apa yang kamu pikirkan beberapa waktu ini? Senyummu tampak layu, wajahmu tampak memucat, matamu sendu. Apa gerangan yang membuatmu demikian?”.

“Aku tak mengerti mengapa cinta memposisikan diriku pada saat-saat yang mengerikan. Mengharuskan aku memilih dua pilihan yang sulit. Antara kamu, dan seseorang itu”.

“Siapa dia? Aku ingin sekali bertemu dengannya. Apa cintanya bisa membahagiakanmu sayang?”

“Tidak perlu kau bertemu dengannya, dia seseorang yang pernah menyakitiku di masa lalu. Semakin kesini, aku semakin tidak punya nyali tuk mencintainya. Aku terlampau takut hatiku kembali tersiksa karenanya”.

“Sungguh, jika dia orang yang bisa membawamu dalam kebahagiaan aku rela melepasmu. Karna sesungguhnya aku akan bahagia ketika melihatmu bahagia. Sekalipun itu membuat hatiku terluka”.

“tidak sayang, sekarang aku tau pada siapa hatiku harus berpaut. Padamu hatiku, tak lagi dapat berpaling. Ini adalah jawaban akan sepuluh tahun penantianmu. Seseorang itu hanya ujian tuk kita lewati berdua. Love You Honey”.


Cinta sejati takkan pernah mati, sekalipun berkali-kali harus terluka. Dia akan tetap berkata, “apapun yang membuatmu bahagia, aku rela”.

-takkan lagi- Dps, 21.00, 19112011
Janjiku kali ini-hati ini tetap milikmu, Ata

Kamis, 17 November 2011

NYANYIAN HATI UNTUK IBU



Bu, aku masih ingat selalu ketika sepasang bola matamu menatapku tajam.
Hampir setiap kali ketika tanpa sengaja aku mengucap namanya.
Iya aku tau Bu, perjalananku ini amatlah panjang.
Masih terlampau jauh bahkan untukku mengarunginya.
Tapi aku yakin bu, hanya dia teman setiaku satu-satunya.

Bu, aku mencintainya.
Bahkan aku berharap suatu saat nanti kau akan membukakan gerbang yang telah lama kau tutup rapat-rapat berdua dengan ayah.
aku tau aku masih terlampau belia untuk menghakimimu.
tapi ini pilihanku.

Oh ya bu,
dengar aku,
 suatu saat nanti dia bukan hanya jadi teman setiaku tapi juga kawan untuk ibu.

(siAPa-yang-pertama,dps, 211011:23.20)

Jumat, 11 November 2011

PENGEMIS BALITA DI TENGAH HIRUK PIKUK PASAR KOTA






Denpasar,
Pasar Badung, sebuah pasar tradisional terbesar yang terletak di central kota Denpasar agaknya sangat miris ketika di dalamnya terlihat betapa manusia dikendalikan oleh uang. Bahkan balita pun ikut ambil andil di dalamnya. Balita-balita yang seharusnya mendapat perhatian dan kasih sayang, harus bergelut dengan bau tak sedap pasar. Berkejar-kejaran demi mendapatkan belas kasihan dan tentunya ‘uang’.

Betapa kagetnya saya ketika mendapati beberapa balita yang menarik-narik baju saya untuk meminta uang (mengemis, kasarnya). “Untuk apa kamu lakukan itu dek ?” pikirku dalam hati. Setelah mencoba merayunya dengan iming-iming uang 5000 rupiah, saya pun berhasil mendapat beberapa patah kata dari mulutnya yang sedikit gagu. Bukan sedikit tapi memang gagu.
Ketika saya mulai bertanya perihal identitas, dia menjawabnya dengan terbata-bata, ya karena ia gagu. Tapi saya mengerti dan bisa menangkap apa yang ia katakan. “Nama saya Nengah”, itulah kalimat pertama yang ia ucapkan. Ketika ditanyai umurnya berapa, ia menjawab tidak tahu lalu menjawabnya sesuka hati “dua tahun” katanya, masih tetap dengan nada gagunya. ‘Itu bukan anak umur dua tahun’, batinku. Mungkin kurang lebih empat tahun umurnya. Ia bercerita bahwa ia tinggal bersama kakaknya di daerah Pemedilan karena orang tuanya berada di kampung. Saya tidak tau mengapa kakaknya tega membiarkan adiknya mengemis padahal ia bilang kakaknya juga sudah berpenghasilan. Entah karena fisik Nengah yang kurang sempurna atau karena himpitan ekonomi. Fisik Nengah memang tidak sempurna, selain karena bicaranya gagu, matanya juga tidak normal sebelah. Seperti layaknya anak-anak lain ia pun ingin mendapatkan kasih sayang dan belaian lembut keluarganya. Tapi lagi lagi betapa saya dicengangkan oleh statementnya yang demikian “saya tidak ingin sekolah”. Ketika kembali ditanyai tentang jawabannya itu, ia diam. Bagaimana generasi sekarang bisa maju ya? Dibekali pengertian pun tidak, bahwa sekolah itu penting.
            Nengah bukan satu-satunya pengemis balita yang saya temui disana, beberapa balita pun saya lihat berlalu lalang menengadahkan tangan. Termasuk Kadek Komang yang sekilas sempat saya tanyai namanya. Kadek Komang berdandan ala cowok (padahal cewek) dengan satu kresek di tangan kirinya yang berfungsi menampung uang-uang hasil mengemisnya. 

Himpitan ekonomi serta ketiadaan orang tua Nengah seolah memaksa Nengah berada dalam lingkaran api yang kapanpun bisa melahapnya. Komang memang masih lebih beruntung ketimbang Nengah, Komang masih bisa bersua dengan orang tuanya sekalipun harus melakoni profesi mengemis setiap harinya. Ya, mengemis buat Komang adalah profesi yang menghasilkan uang. Uang, lagi-lagi uang. Di usia sedini itu sampai-sampai untuk sekolah pun mereka tidak mau. Hanya uang yang mereka inginkan, modal tangan dapat uang. Sungguh mengenaskan. Kemiskinan membuat mereka diperdaya oleh uang, apapun mereka lakukan demi uang. Uang, oh uang, pesonamu telah membutakan mereka! Ajaib ya ?!!? (rdy)

Kamis, 10 November 2011

DEFINISI JURNALISTIK, SEJARAH, DAN PERBEDAANNYA DENGAN PERS




Definisi Jurnalistik

Secara umum, jurnalistik bisa dipahami sebagai kegiatan menyampaikan informasi, yakni kegiatan mengemas berita aktual untuk khalayak atau audience melalui sarana media, baik cetak maupun elektronika. Oleh karena itu, kegiatan menyampaikan informasi ini dibutuhkan teknik-teknik khusus agar informasi itu menarik. Kata jurnalistik itu bisa diruntut dari asal katanya yaitu;
1) Journal yakni surat kabar atau majalah.
2) Journalistic berarti kewartawanan.
3) Journey berarti perjalanan.
4) Du jour, yakni hari, berita dalam satu hari itu termuat pada lembaran tercetak. Tapi, pada perkembangan berikutnya, tak cuma media tercetak saja yang bisa menyampaikan informasi, media elektronika pun berkembang sangat pesat sehingga keduanya saling melengkapi.
Pengertian jurnalistik, berdasarkan pemahaman itu bisa berkaitan dengan kegiatan menyiapkan, mengedit, menulis untuk surat kabar, majalah atau penerbitan lain. Di sisi lain, kita juga mengenal istilah pers. Pers itu sendiri berasal dari kata pressur, kemudian menjadi press, yang memiliki pengertian sempit dan umum. Pertama, pengertian sempitnya pers adalah media cetak yang mengelola pemberitaan. Kedua, pengertian pers secara umum adalah semua media komunikasi massa baik koran, majalah, tabloid, bulletin, maupun radio dan televisi.

Sejarah Jurnalistik

           Jurnalistik berawal dari zaman romawi dimana berita-berita dan pengumuman ditempel di Pusat kota (Forum Romanum). Jurnalistik berasal dari kata “Journal” atau “Du Jour” yang berarti hari, dimana berita dalam sehari dimuat dalam lembaran yang dicetak. Karena kemajuan teknologi dan ditemukannya percetakan surat kabar dengan system silinder (rotasi), maka muncullah istilah pers.
Pada awal berdirinya kerajaan Romawi (Imam Agung) mencatat semua kejadian penting yang dibuka untuk setiap orang lewat dan memerlukannya pada annals (papan tulis yang digantungkan di serambi rumahnya).
Pengumuman sejenis itu dilanjutkan oleh Julius Caesar pada zaman kejayaannya. Caesar mengumumkan hasil persidangan, berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya, dengan jalan menuliskannya pada papan pengumuman berupa papan tulis pada masa itu. (60 SM) dikenal dengan acta diurna dan diletakkan di Forum Romanum (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum. Terhadap isi acta diurnal tersebut setiap orang boleh membacanya, bahkan juga boleh mengutipnya untuk kemudian disebarluaskan dan dikabarkan ke tempat lain.
Seiring kemajuan teknologi informasi maka yang bermula dari laporan harian maka tercetak manjadi surat kabar harian. Dari media cetak berkembang ke media elektronik, dari kemajuan elektronik terciptalah media informasi berupa radio. Tidak cukup dengan radio yang hanya berupa suara muncul pula terobosan baru berupa media audio visual yaitu TV (televisi). Media informasi tidak puas hanya dengan televisi, lahirlah berupa internet, sebagai jaringan yang bebas dan tidak terbatas. Dan sekarang dengan perkembangan teknologi telah melahirkan banyak media (multimedia).


Perbedaan Jurnalistik dengan Pers


Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.
Pers selalu mengambil bentuk dan warna struktur-struktur social politik di dalam mana ia beroperasi.
Jurnalistik adalah “bidang kajian” mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi (peristiwa, opini, pemikiran, ide) melalui media massa. Jurnalistik termasuk ilmu terapan (applied science) yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan dinamika masyarakat itu sendiri. Sebaga ilmu, jurnalistik termasuk dalam bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi kepada orang lain dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, atau memberikan kejelasan
Jadi intinya Pers adalah personal yang mengelola berita dan jurnalistik adalah bidang kajian berita itu sendiri


Rabu, 09 November 2011

DATANG DARA, HILANG DARA



                                                                                                         Karya : Chairil Anwar

“Dara, dara yang sendiri
Berani mengembara
Mencari di pantai senja,
Dara, ayo pulang saja, dara!”
“Tidak, aku tidak mau!
Biar angin malam menderu
Menyapu pasir, menyapu gelombang
Dan sejenak pula halus menyisir rambutku
Aku mengembara sampai menemu.”
“Dara, rambutku lepas terurai
Apa yang kaucari.
Di laut dingin di asing pantai
Dara, Pulang! Pulang!”
“Tidak, aku tidak mau!
Biar aku berlagu, laut dingin juga berlagu
Padaku sampai ke kalbu
Turut serta bintang-bintang, turut serta bayu,
Bernyanyi dara dengan kebebasan lugu.”
“Dara, dara, anak berani
Awan hitam mendung mau datang menutup
Nanti semua gelap, kau hilang jalan
Ayo pulang, pulang, pulang.”
“Heeyaa! Lihat aku menari di muka laut
Aku jadi elang sekarang, membelah-belah gelombang
Ketika senja pasang, ketika pantai hilang
Aku melenggang, ke kiri ke kanan
Ke kiri, ke kanan, aku melenggang.”
“Dengarkanlah, laut mau mengamuk
Ayo pulang! Pulang dara,
Lihat, gelombang membuas berkejaran
Ayo pulang! Ayo pulang.”
“Gelombang tak mau menelan aku
Aku sendiri getaran yang jadikan gelombang,
Kedahsyatan air pasang, ketenangan air tenang
Atap kepalaku hilang di bawah busah & lumut.”
“Dara, di mana kau, dara
Mana, mana lagumu?
Mana, mana kekaburan ramping tubuhmu?
Mana, mana daraku berani?
Malam kelam mencat hitam bintang-bintang
Tidak ada sinar, laut tidak ada cahaya
Di pantai, di senja tidak ada dara
Tidak ada dara, tidak ada, tidak –