Pages

Rabu, 16 Januari 2013

Surat Cinta


Dear Novan,

*sumber gambar: http://afidakhairi.blogspot.com

Selamat malam,
semoga cahaya bulan dini hari ini sesempurna senyummu. Ya, Selalu ku-umpama-kan dirimu sebagai bulan dan aku bintangnya. Kenapa? Karena berkat mereka, langit tak pernah sepi. Oia, aku mungkin menuntutmu menyisihkan secuil waktu untuk membaca ini. Tak apa kan? Aku tahu kamu selalu mau untuk itu.
Sedikit prolog yah,
Aku memejam, memastikan tiga.
satu, dekap(mu) bagi jiwa(ku)
dua, jemari(mu) bagi genggam(ku)
tiga, senyum(mu) bagi bahagia(ku)”
*ini sempat aku tulis di berandaku, kala aku [sangat] merinduimu

Hey bulan, seperti apa hari-harimu disana? Semoga tak jauh beda denganku ya. Lama tak bersua denganmu membuatku sangat menderita. Ahh, pernah aku ditanyai seorang teman seperti ini, “ Masih belum benci dengan jarak, Ri?” Jawaban seperti apa yang sebaiknya kuberikan, jika kamu jadi aku?
Pelan-pelan, aku memang merasa didera oleh jarak. Sepi? Ya, boleh jadi. Kadang aku (m)iri(s) melihat sepasang kekasih berjalan di depanku. Sedang aku? Sendiri menikmati riuh taman kota yang dulunya kerap kita kunjungi bersama, atau menyantap bakso, makanan favoritku itu (sendiri). Boleh kan aku merasa ingin ditemani? (kamu).
Bulan, kadang aku merasa butuh sandaran ketika kekesalan memelukku sedemikian kejam. Aku butuh dekapan yang menjanjikan aku ketenangan kala aku hilang kesabaran. Aku butuh candaan ketika aku menjumpai kelelahan. Telpon barangkali melupakan indahnya kehadiran dirimu, bulan.
Bulan, sadar atau tidak, Seringkali kita mengkambinghitamkan jarak. Aku terkadang kasian kalau harus melulu menyalahkannya. Tapi ya bagaimana, aku sungguh membencinya. Bahkan mungkin mengutuknya. Kalau perlu, tak perlulah dia ada.
Kedekatan hanya bisa terbangun oleh kebersamaan, seperti aku sering dengar pepatah jawa “witing tresno jalaran seko kulino”. Pepatah itu kadang patut dibenarkan. Tapi aku tidak mau subyektif mendebat jarak. Paling tidak, kali ini kamu tahu bahwa aku sangat membencinya.  
Bingung ya apa isi suratku ini. Ya sudah, apapun itu, yang pasti aku merinduimu seperti langit yang sepi tanpa kamu.

Kiss-Hug,
Ryan