Dear Novan,
Selamat
malam,
semoga cahaya bulan dini hari ini
sesempurna senyummu. Ya, Selalu ku-umpama-kan dirimu sebagai bulan dan aku
bintangnya. Kenapa? Karena berkat mereka, langit tak pernah sepi. Oia, aku mungkin
menuntutmu menyisihkan secuil waktu untuk membaca ini. Tak apa kan? Aku tahu kamu
selalu mau untuk itu.
Sedikit prolog
yah,
“Aku memejam, memastikan tiga.
satu, dekap(mu) bagi jiwa(ku)
dua, jemari(mu) bagi genggam(ku)
tiga, senyum(mu) bagi bahagia(ku)”
satu, dekap(mu) bagi jiwa(ku)
dua, jemari(mu) bagi genggam(ku)
tiga, senyum(mu) bagi bahagia(ku)”
*ini sempat aku tulis di berandaku,
kala aku [sangat] merinduimu
Hey bulan, seperti
apa hari-harimu disana? Semoga tak jauh beda denganku ya. Lama tak bersua
denganmu membuatku sangat menderita. Ahh, pernah aku ditanyai seorang teman
seperti ini, “ Masih belum benci dengan jarak, Ri?” Jawaban seperti apa yang
sebaiknya kuberikan, jika kamu jadi aku?
Pelan-pelan,
aku memang merasa didera oleh jarak. Sepi? Ya, boleh jadi. Kadang aku (m)iri(s)
melihat sepasang kekasih berjalan di depanku. Sedang aku? Sendiri menikmati riuh
taman kota yang dulunya kerap kita kunjungi bersama, atau menyantap bakso,
makanan favoritku itu (sendiri). Boleh kan aku merasa ingin ditemani? (kamu).
Bulan, kadang
aku merasa butuh sandaran ketika kekesalan memelukku sedemikian kejam. Aku butuh
dekapan yang menjanjikan aku ketenangan kala aku hilang kesabaran. Aku butuh
candaan ketika aku menjumpai kelelahan. Telpon barangkali melupakan indahnya
kehadiran dirimu, bulan.
Bulan, sadar
atau tidak, Seringkali kita mengkambinghitamkan jarak. Aku terkadang kasian
kalau harus melulu menyalahkannya. Tapi ya bagaimana, aku sungguh membencinya. Bahkan
mungkin mengutuknya. Kalau perlu, tak perlulah dia ada.
Kedekatan hanya
bisa terbangun oleh kebersamaan, seperti aku sering dengar pepatah jawa “witing tresno jalaran seko kulino”. Pepatah
itu kadang patut dibenarkan. Tapi aku tidak mau subyektif mendebat jarak. Paling
tidak, kali ini kamu tahu bahwa aku sangat membencinya.
Bingung ya
apa isi suratku ini. Ya sudah, apapun itu, yang pasti aku merinduimu seperti
langit yang sepi tanpa kamu.
Kiss-Hug,
Ryan