Ketakutan
ini tak bertuan, seakan menjadi sel yang semakin hari semakin bertambah banyak.
Bertambah menjadi ribuan bahkan. Bintang tak lagi bersinar, ia masih temaram
dan akan terus demikian. Namun, kini tak lagi-lagi. Karna bintang telah
menemukan sinarnya. Sinar yang sempat hilang. Dan itu Bulan.
Bulan menyadarkan
bahwa hidup harus terus berjalan. “ Ayo,
kenali diri. Kamu bintang. Berkat kamu, langit itu berbalut keindahan. Jangan lagi
kehilangan sinar”, kata Bulan.
Bintang dan
bulan tak pernah tahu mengapa mereka dipertemukan dalam situasi yang demikian. Perkenalan
singkat yang tak terbayangkan. Bintang sadar, ada beda yang ia rasakan sejak
kali pertama bertemu Bulan. Ahh, Bintang mulai jatuh hati. Bintang kesal,
bagaimana bisa ia jatuh hati pada seseorang yang tidak ia mengerti. Bulan pun
tak ubahnya demikian.
Tapi sadar,
bukankah ini sudah digaris oleh Tuhan? Semua bukan serba kebetulan.
Perjalanan
pun dimulai. Kami mencoba menanggalkan segala ketakutan. Kami bersama.
Tawa,
tangis, bahagia, amarah, canda, sudah terpacking dalam sepaket raga. Sepaket dalam
Bintang, sepaket dalam Bulan. Kami terima.
“Aku suka
caramu mencampuradukkan luka, cemburu, kesal, dan semua yang semacam menjadi segumpal
rindu yang mengkristal dalam kalbu”, ujar Bintang.
“Aku
menikmati semuanya Bulan, perih memang, tapi sensasinya luar biasa”, tambahnya.
“Kamu
Bintang, senyummu menyejukkan. Mampu mengubah luka menjadi tawa bahagia. Aku suka.
Tapi bukankah aku masih berperang dengan idealismeku sendiri? Terlalu dini
hatiku kau curi”, jawab Bulan.
Kami terombang-ambing
dalam ketidakmengertian. Kami hanya merasa berkawan dengan hati dan pikiran
masing-masing sekian lama. Hanya berkutat pada ego yang sama.
Tapi……………………
perlahan,
kebersamaan yang berlalu tanpa dilogika, berubah menjadi CINTA.
Cinta yang
konon katanya, dapat mengubah batu menjadi intan. Mengubah gelap menjadi
terang. Mengubah Bintang temaram menjadi Bintang bersinar. Dan itu benar.
Perlahan,
banyak hal mulai berdatangan memunculkan keraguan dan tanda tanya besar. Bintang
tak ubahnya seperti kapal yang berkali-kali karam terhempas ombak. Namun ombak itu
pula yang membuatnya kembali ke pelabuhan. CINTA, berkali-kali menjadi alasan
utama. Logika bahkan tak mampu menjangkaunya.
Pergumulan batin
yang sempat tak karuan. Pergulatan ego yang tak berperasaan. Kekuatan rindu
yang menyakitkan. Ketakutan-ketakutan yang sempat meluluhlantakkan. Ketakmampuan
logika menerjemahkan. Pada akhirnya membawa
kami dalam kesatuan logis nan masuk akal, PERNIKAHAN.
13102012/10.55 AM
Aku & Kamu = Kita
Rencana-
Menikah-
Mantapkan-
Bukan lagi bukan-bukan
0 komentar:
Posting Komentar